Senin, 21 Mei 2012

Penuhi Harapan Anak, Sang Ayah Korban Mavi Maramara ke Gaza

GAZA -- Mendekati peringatan dua tahun tragedi berdarah Mavi Marmara, Gaza kedatangan ayah dari seorang syuhada yang gugur ditembus peluru Israel pada tragedi 31 Mei 2010 itu. Furqan Dogan, merupakan salah satu dari sembilan syuhada yang gugur pada saat penyerangan Israel ke kapal Mavi Marmara. Dari kesembilan korban tersebut, Furqan adalah yang termuda, saat itu usianya baru 19 tahun.

Kedatangan sang ayah, Ahmet Dogan bersama dengan rombongan dari Turki bertujuan untuk bersilaturahim dengan rakyat Gaza. Relawan MER-C di Gaza turut bersilaturahmi dan menyambut kedatangannya. Saat itu, ayahanda Furqan menceritakan bahwa dia mengetahui anaknya gugur baru pada hari ketiga setelah penyerangan, setelah zionis Israel mengembalikan seluruh tawanan dan korban penyerangan ke Turki.

Ahmet sama sekali tidak menyangka sebelumnya bahwa anaknya menjadi salah satu korban yang gugur. Namun, dia dengan tegar menyatakan bahwa ini adalah kehendak dari Allah dan semoga menjadi syafaat di hari akhir kelak.

“Lulus SMU dengan predikat nilai tertinggi di sekolahnya, Furqan bercita-cita menjadi dokter spesialis mata,” ungkap Ahmet mengenang sang putra, Kamis (17/5). Ketika sang ayah bertanya, kenapa ingin menjadi dokter mata, Furqan menjawab, saya ingin pergi ke Afrika dan membantu saudara-saudara kita yang terkena katarak.

Niat tulus tersebut sebentar lagi menjadi kenyataan, karena anak bungsu dari tiga bersaudara tersebut ternyata telah mendaftar di sebuah universitas favorit. Namun Allah berkehendak lain, kemuliaan syahid lebih dahulu menghampirinya.

Ahmet dengan nada tulus mengatakan bahwa kedatangannya ke Gaza adalah mewakili Furqan Dogan, yang belum sempat menginjakan kakinya di Gaza. Namun demikian nama Furqan Dogan telah terpatri di hati masyarakat Gaza atas perjuangannya.

Tiada Masa Depan Israel di Bumi Palestina


 GAZA---Kepala pemerintah terguling gerakan Hamas, yang menguasai Jalur Gaza, mengatakan bahwa Israel tidak memiliki masa depan di tanah Palestina.
"Kita harus mempromosikan slogan kita itu. Kami tidak akan mengakui Israel dengan prinsip lama kita, tidak ada masa depan bagi Israel di tanah kami," kata Ismail Haniya ketika berpidato di hadapan para aktivis dari dua konvoi bantuan asing yang tiba di Jalur Gaza pada Kamis.
Dia mengatakan kedatangan konvoi bantuan asing ke Jalur Gaza yang terkepung "akan memberikan kontribusi untuk meringankan blokade Israel yang telah dikenakan pada rakyat kami dan akan mengungkapkan wajah buruk Israel ke seluruh dunia."
Pemimpin Hamas menyambut semua gerakan solidaritas di Eropa dan dunia mengenai masalah tahanan Palestina di penjara-penjara Israel.
"Dukungan ini telah mewajibkan musuh Zionis untuk menerima tuntutan para tahanan dan akan berkomitmen pada ketentuan kesepakatan pertukaran (prajurit Ghilat) Shalit," kata Haniya.
Sekitar 1.500 tahanan Palestina Senin setuju untuk menangguhkan aksi mogok makan mereka, yang dimulai pada 17 April setelah mencapai kesepakatan yang ditengahi Mesir dengan Israel, pada saat negara Yahudi itu menanggapi tuntutan para tahanan.
Dua konvoi bantuan ke Gaza termasuk satu yang disebut konvoi Ansar 2, yang terdiri 90 aktivis dari Yordania, dan satu lagi disebut "Miles of Smiles", yang memiliki 43 aktivis dari berbagai negara.
Wa'el Saqqa, kepala konvoi Ansar 2 mengatakan kepada para wartawan bahwa konvoi itu akan membantu mengurangi pengangguran dan membangun satu rumah sakit untuk anak-anak di Gaza.
Konvoi juga membawa mobil untuk orang-orang cacat, peralatan medis serta obat-obatan ke Jalur Gaza, terutama untuk pengobatan kanker.


palestinaKorban Bom Fosfor Israel, Muslimah Palestina: Aku tidak Takut Mati (1)  Randa duduk tenang melipat kedua tangannya di depan dadanya, di sudut rumah seorang kawan, di suatu malam, di Madinah, Gaza. Wajahnya yang manis menyembul cantik dari balik jilbab hitamnya. Matanya yang besar memancarkan sinar kesabaran seorang perempuan yang berjuang menahan sakit dan penderitaan karena kanker ganas di payudaranya.

Dada perempuan berusia 39 tahun yang ditutupi jilbab dan kedua tangannya itu sudah “tipis.” Empat kali operasi pengangkatan kanker serta 20 kali kemoterapilah yang menyebabkan tipisnya dadanya. Pada operasi keempat, bekas-bekas luka di payudaranya harus “ditambal” dengan kulit dari pahanya.
Dalam pertemuan dengan relawan SA malam itu, ibu beranak lima itu sedang bersiap melakukan perjalanan lagi ke luar Gaza untuk memeriksakan benjolan dan cairan baru yang tumbuh lagi di bekas operasi yang sama.
“Kemana kau akan pergi memeriksakan benjolan di bekas payudaramu, Randa?” 
“Tel Aviv. Di rumah sakit khusus kanker,” jawabnya perlahan. Tenang.
Kenapa Tel Aviv? Itu “ibu kota Israel” yang sudah 64 tahun menjajah Palestina, membunuhi dan memenjarakan warga Palestina yang ada di Tepi Barat Sungai Yordan, yang mengebom, meroket dan merobek-robek tubuh bayi, anak-anak sampai nenek-nenek di Gaza! Bukankah pada pergantian tahun 2008 – 2009 lalu orang-orang Zionis di Tel Aviv itu yang menghujani negerimu Gaza dengan segala persenjataan canggih yang mereka dapat dari Amerika Serikat, menyiramkan bom fosfor putih yang dilarang oleh semua konvensi internasional, sehingga membunuh dan membakar begitu banyak orang Gaza?
Pada 22 hari 22 malam Perang Furqan itu, air, tanah dan udara Gaza dipenuhi serbuk putih beracun yang kemudian menyebabkan ibu-ibu keguguran, bayi-bayi cacat, dan orang-orang yang semula sehat seperti Randa kemudian menderita kanker dan berbagai penyakit degeneratif ganas lainnya.
“Betul. Bahkan, aku mulai menderita kanker empat bulan sesudahnya. Dokter bilang, kankerku disebabkan racun kimiawi dari bom fosfor putih itu,” kata Randa menghela nafas.
“Lalu kenapa kau berobat ke Tel Aviv?”
“Karena tidak ada fasilitas pengobatan untukku di Gaza sesudah Zionis mengepung kami selama lima tahun ini. Kau lihat sendiri, Gaza mengalami krisis listrik dan obat-obatan,” jawab Randa. “Tidak ada rumah sakit yang bisa menangani kondisiku di Gaza ini. Maka, Tel Aviv.”
“Kenapa bukan Kairo? Meskipun sulit untukmu menembus pintu perbatasan Rafah (yang menghubungkan Gaza dengan Mesir), setidaknya kau tidak harus berobat di tempat mereka yang justru membuatmu, dan banyak orang Gaza lainnya, sakit!”
“Itu betul. Tapi Kairo terlalu jauh. Butuh enam jam perjalanan dari Rafah ke Kairo. Aku masih punya anak-anak yang kecil, jadi aku tidak mungkin  berobat ke Kairo,” ujar ibunda Sarah (14 tahun), Usamah (13 tahun), Aya (11 tahun), Bilal (7 tahun) dan Maryam (5 tahun) itu.

Jumat, 18 Mei 2012

Roket Gaza Berhasil Hantam Israel

Sebuah roket ditembakkan dari Gaza mendarat di Israel selatan Rabu malam, namun tidak menyebabkan kerusakan atau korban, kata juru bicara militer. "Sebuah roket ditembakkan dari Gaza mendarat kemarin malam di daerah Hanegev Shaar. Tidak ada kerusakan atau korban," katanya kepada AFP.

Para gerilyawan di Gaza telah menembakkan lebih dari 300 roket ke Israel sejak awal tahun ini. Israel merespons serangan roket itu dengan serangan-serangan udara, yang telah menewaskan 25 orang, 14 dari mereka anggota kelompok gerilyawan Jihad Islam.
Hamas, yang menguasai Jalur Gaza, mempertahankan gencatan senjata diam-diam dengan Israel, tapi kelompok lain di wilayah itu sesekali masih menembakkan roket ke wilayah negara Yahudi itu.

Hamas: Kami Pertegas Konsisten Kami dengan Perlawanan Sebagai Strategi Bersama

Damaskus – PIP: Di hari jadinya ke 24, gerakan Hamas menegaskan bahwa jalan perlawanan dengan segala bentuknya akan tetap menjadi pilihannya meraih kemenangan, pembebasan Palestina dan kembalinya para pengungsi. Hamas menegaskan, mengandalkan proses perundingan dengan Israel sudah terbukti gagal sehingga gerakan ini menyerukan kekuatan-kekuatan Palestina untuk menempuh jalan ini dan mengevaluasi jalan politik mereka.
Dalam pernyataan persnya yang diterima Pusat Informasi Palestina hari ini Rabu (14/12) Hamas menegaskan, “Kami menegaskan komitmen kami secara sempurna untuk mewujudkan rekonsiliasi nasional dan menyerukan saudara-saudara kami di gerakan Fatah untuk segera menerapkan pasal-pasal rekonsiliasi di lapangan. Kami juga menyerukan pentingnya bekerja menata ulang peran PLO berdasarkan prinsip demokrasi dan politik baru sesuai dengan strategi nasional untuk menjaga bangsa Palestina dan membebaskan wilayah jajahan.”
Hamas menegaskan bahwa kota Al-Quds akan tetap menjadi ibukota Palestina pertama dan rencana yahudisasi Israel serta pembangunan pemukiman yahudinya tidak akan mengubah identitas kota suci umat Islam dan sejarahnya di sana. “Warga kami di Al-Quds akan tetap menjadi tema keteguhan yang menjadi pelajaran penting bagi kabar gembira kemenangan dan pembebasan Palestina.” tegas Hamas.
Selain itu, Hamas menegaskan, “Pembebasan tawanan Palestina dari penjara Israel akan tetap menjadi prioritas utama setelah kami terbukti berhasil menekan deal pembebasan tawanan. “Kami akan terus berjuang keras mewujudkan pembebasan semua tawanan kami dengan izin Allah.” Tukas Hamas.
Hamas juga menyerukan kepada seluruh negara Arab untuk bekerja sungguh-sungguh mengakhiri blokade yang kejam terhadap Jalur Gaza sesuai dengan komitmen nilai-nilai dan persaudaraan Arab.
“Isu Palestina akan tetap menjadi situ sentral bangsa Arab dan umat Islam dan bahwa bangsa-bangsa dipaksa oleh kekuatan barat dituntut untuk mengefektifkan perannya dan mengambil posisi yang benar dalam membebaskan Al-Quds, Al-Aqsha dan tempat suci umat Islam di Palestina lainnya.” (bsyr)

Sejarah Terjadinya Perang Palestina VS Israel

Sebenarnya perseteruan antara Palestina dengan Israel tidak pantas disebut sebagai sebuah peperangan, melainkan merupakan penajajahan yang dilakukan bangsa Israel terhadap Palestina.
Penjajahan bangsa yang dilakukan oleh Israel terhadap Palestinapada dasarnya bermotifkan perluasan kekuasaan oleh Israel . Sejarah ini berawal pada tahun 1934 hingga 1945, dimana pada tahun tersebut adalah tahun kekusaan penguasa yang terkenal ganas dan brutal dari Jerman yang bernama Adolf Hitler. Pada massa kepemimpinannya Hitler menumpas habis seluruh Bangsa Yahudi yang berada di Eropa, hingga bangsa Yahudi tersebut ketakutan dan diusir dari tanah  Eropa. Melalui tekanan dan kebrutalan Hitler, akhirnya warga Yahudi lari dan kabur ke daerah Timur tengah, yang kebetulan daerah tersebut pada tahun 1946 sedang dijajah oleh Inggris. Melalui perundingan yahudi dengan Inggris, mereka meminta izin kepada Inggris untuk membentuk suatu Negara, akhirnya diberi sedikit daerah untuk warga Yahudi untuk mendirikan Negara yang diberi nama Jewish Land, atau yang sekarang lebih Kita kenal dengan bangsa Israel .
Dengan persekutuan antara Israel dengan Inggris mereka mampu memperluas kekuasaan dan menjajah bangsa yang berada disekitarnya terutama Palestine.
Masyarakat dunia khususnya negara-negara Arab yang semula memihak bangsa Palestina dan berperang dengan Israel untuk membela hak-hak bangsa Palestina yang dijajah, akhirnya lebih banyak berdiam diri. Terutama sejak berdirinya negara Palestina secara resmi pada tanggal 15 Nopember 1988, dukungan negara Arab semakin melemah terhadap perjuangan bangsa Palestina menghadapi rezim zionis yang sekarang didukung mutlak oleh Amerika Serikat (AS). Sepertinya negara-negara Arab melihat Palestina bukan lagi sebagai bangsa yang lemah yang harus didukung sepenuhnya oleh sesama bangsa Arab, tapi sudah sebagai negara yang berdaulat dan mempunyai kekuatan sendiri. Atau karena ada kepentingan politik dan ekonomi sehingga rasa persaudaraan kearaban dan keislaman di antara bangsa-bangsa arab meluntur.
Kebingungan kaum Muslimin dan masyarakat dunia akan nasib rakyat Palestina selanjutnya dan kapan konflik mereka dengan pemerintah Israel akan berakhir adalah pertanyaan-pertanyaan dengan jawaban memilukan. Kalau dilihat dari sepak terjang rezim zionis, maka jawabannya adalah sampai seluruh tanah Palestina habis dikuasai oleh mereka dan sebagian bangsa Palestina yang tersisa mau menjadi rakyat jajahan, bangsa kelas dua atau bahkan menjadi budak. Sedangkan bila dilihat dari semangat perjuangan bangsa Palestina melawan rezim zionis, maka jawabannya adalah sampai titik darah penghabisan dari para pejuang, mujahid mereka yang membela tanah air dan keberadaan mereka sebagai bangsa merdeka dan berdaulat di tanah sendiri.
Kedaulatan bangsa Palestina dengan berdirinya negara Palestina merdeka yang diproklamirkan di Aljazair ternyata tidak sepenuhnya diakui oleh Israel . Israel menganggap Jerusalem dan Gaza sebagai bagian dari tanah perjanjian seperti yang disebutkan di dalam kitab suci mereka, yang masih dikuasai oleh bangsaPalestina . Inilah alasan kenapa bangsa Yahudi dengan semangat zionismenya lebih memilih tanah Palestina sebagai tempat untuk mendirikan negara.
Amerika Serikat sendiri masih menerapkan standar ganda dalam hal ini. Sebagai anggota dewan keamanan PBB mengakui legalitas negara Palestina , namun di sisi lain membantu Israel secara politik, militer dan ekonomi untuk menguasaiPalestina .
Dunia arab dan Islam menganggap berdirinya negara Israel adalah bentuk dari pemaksaan atas keberadaan orang-orang Yahudi di tanah Palestina. Bagi bangsa Palestinarezim zionis Israel dan bangsa Yahudinya adalah penjajah yang mendatangi dan ingin merebut tanah air mereka, bukan sebuah negara tetangga yang sedang bertengkar dengan mereka. Bagi para pejuang Palestina peperangan yang mereka lakukan adalah sebuah perjuangan heroik mempertahankan keberadaan tanah air dan bangsanya, persis seperti pejuangan kita memerdekan diri dari penjajah Belanda dan Jepang.
Memang benar perang antara Palestina dan Israel bukan perang agama, tetapi tidak bisa dilepaskan dari sebab-sebab pemikiran keagamaan yang berasal dari kitab suci. Alasan utama mereka berperang adalah memperebutkan tanah air, termasuk juga daerah Jerusalem yang merupakan tempat suci bagi tiga agama samawi di dunia, di mana di sana berdiri mesjid Alaqsa (Alharam alqudsi ashsharif) yang dijadikan tempat ibadah umat Islam atau disebut juga sebagai Bukit Bait Allah (The Temple Mount / Har ha-Bayit) bagi umat Yahudi dan Nasrani. Dan terkenal dengan dinding ratapan (The Western Wall/The Wailing wall/Ha Kotel Ha Ma’aravi) yang terletak di sebelah barat masjid Alaqsa sebagai tempat ibadah umat Yahudi, atau disebut Alburaq Wall oleh kaum Muslimin.

Kamis, 17 Mei 2012

Masjid Al-Aqsa Palestine

Masjid Al-Aqsa, juga ditulis Al-Aqsha (bahasa Arab:المسجد الاقصى Al-Masjid Al-Aqsha , arti harfiah: "masjid terjauh") adalah salah satu tempat suci agama Islam yang menjadi bagian dari kompleks bangunan suci di Kota Lama Yerusalem (Yerusalem Timur). Kompleks tempat masjid ini (di dalamnya juga termasuk Kubah Batu) dikenal oleh umat Islam dengan sebutan Al-Haram Asy-Syarif atau "tanah suci yang mulia". Tempat ini oleh umat Yahudi dan Kristen dikenal pula dengan sebutan Bait Suci (bahasa Ibrani: הַר הַבַּיִת, Har haBáyit, bahasa Inggris: Temple Mount), suatu tempat paling suci dalam agama Yahudi yang umumnya dipercaya merupakan tempat Bait Pertama dan Bait Kedua dahulu pernah berdiri.[2][3]
Masjid Al-Aqsa secara luas dianggap sebagai tempat suci ketiga oleh umat Islam. Muslim percaya bahwa Muhammad diangkat ke Sidratul Muntaha dari tempat ini setelah sebelumnya dibawa dari Masjid Al-Haram di Mekkah ke Al-Aqsa dalam peristiwa Isra' Mi'raj.[4] Kitab-kitab hadist menjelaskan bahwa Muhammad mengajarkan umat Islam berkiblat ke arah Masjid Al-Aqsa (Baitul Maqdis) hingga 17 bulan setelah hijrah ke Madinah. Setelah itu kiblat salat adalah Ka'bah di dalam Masjidil Haram, Mekkah, hingga sekarang.[5] Pengertian Masjid Al-Aqsa pada peristiwa Isra' Mi'raj dalam Al-Qur'an (Surah Al-Isra' ayat 1) meliputi seluruh kawasan Al-Haram Asy-Syarif.[6]
Masjid Al-Aqsa pada awalnya adalah rumah ibadah kecil yang didirikan oleh Umar bin Khattab, salah seorang Khulafaur Rasyidin, tetapi telah diperbaiki dan dibangun kembali oleh khalifah Umayyah Abdul Malik dan diselesaikan oleh putranya Al-Walid pada tahun 705 Masehi.[7] Setelah gempa bumi tahun 746, masjid ini hancur seluruhnya dan dibangun kembali oleh khalifah Abbasiyah Al-Mansur pada tahun 754, dan dikembangkan lagi oleh penggantinya Al-Mahdi pada tahun 780. Gempa berikutnya menghancurkan sebahagian besar Al-Aqsa pada tahun 1033, namun dua tahun kemudian khalifah Fatimiyyah Ali Azh-Zhahir membangun kembali masjid ini yang masih tetap berdiri hingga kini. Dalam berbagai renovasi berkala yang dilakukan, berbagai dinasti kekhalifahan Islam telah melakukan penambahan terhadap masjid dan kawasan sekitarnya, antara lain pada bagian kubah, fasad, mimbar, menara, dan interior bangunan. Ketika Tentara Salib menaklukkan Yerusalem pada tahun 1099, mereka menggunakan masjid ini sebagai istana dan gereja, namun fungsi masjid dikembalikan seperti semula setelah Shalahuddin merebut kembali kota itu. Renovasi, perbaikan, dan penambahan lebih lanjut dilakukan pada abad-abad kemudian oleh para penguasa Ayyubiyah, Mamluk, Utsmaniyah, Majelis Tinggi Islam, dan Yordania. Saat ini, Kota Lama Yerusalem berada di bawah pengawasan Israel, tetapi masjid ini tetap berada di bawah perwalian lembaga wakaf Islam pimpinan orang Palestina.
Pembakaran Masjid Al-Aqsa pada tanggal 21 Agustus 1969 telah mendorong berdirinya Organisasi Konferensi Islam yang saat ini beranggotakan 57 negara. Pembakaran tersebut juga menyebabkan mimbar kuno Shalahuddin Al-Ayyubi terbakar habis. Dinasti Bani Hasyim penguasa Kerajaan Yordania telah menggantinya dengan mimbar baru yang dikerjakan di Yordania, meskipun ada pula yang menyatakan bahwa mimbar buatan Jepara digunakan di masjid ini

Palestina-Israel Sepakat Hentikan Mogok Makan


faizloving.blogspot.com—Tahanan Palestina yang dikurung dalam penjara-penjara Israel setuju untuk menghentikan mogok makan, menyusul janji Zionis untuk memperbaiki kondisi dan perlakuan terhadap para tahanan.
“Semua faksi sudah menandatangani kesepakatan untuk menghentikan mogok makan,” kata Ketua Klub Tahanan Palestina, Qadura Fares kepada AFP setelah melakukan negosiasi antara perwakilan tahanan dan petugas penjara Ashkelon, Israel, sebagaimana ditulis BBC (15/05/2012).
Jawad Bulus, pengacara yang mewakili sejumlah tahanan yang mogok makan, menyampaikan kabar ini kepada anggota Jihad Islam Bilal Diab dan Thaer Halahla yang sudah mogok makan selama 76 hari. Mereka sudah menyatakan menghentikan aksi mogok makannya. Kabar ini juga disampaikan juga kepada enam tahanan yang ditahan di unit tahanan administratif yang sudah mogok makan selama 56 hingga 76 hari.
Jumlah tahanan Palestina yang mogok makan memprotes perlakuan buruk Zionis terhadap mereka sebanyak 1.550 orang.
Penghentian aksi mogok makan itu dilakukan berdasarkan kesepakatan antara pihak Palestina dan Israel
Menurut jurubicara intelijen Zionis Shin Bet, Israel berjanji akan melepaskan semua tahanan administratif jika masa tahanannya sudah berakhir, kecuali ditemukan bukti baru dalam kasus mereka. Israel juga setuju untuk mengembalikan para tahanan yang dikurung di sel isolasi ke sel umum dan mengizinkan kunjungan keluarga mereka dari Jalur Gaza dan Tepi Barat.
Sementara menurut keterangan Shin Bet, pimpinan para tahanan telah menandatangani komitmen untuk menghentikan aksi teror dari dalam penjara.
"Jika ada tahanan yang kemudian melanggar kesepakatan ini atau memulai lagi mogok makan, maka Israel akan menunda komitmennya terkait sel isolasi dan kunjungan keluarga," tambah Shin Bet.
Juru bicara PM Israel, Mark Regev mengatakan kesepakatan ini bisa dicapai karena ada permintaan dari Presiden Palestina Mahmud Abbas.
"Kami berharap kesepakatan ini akan membangun rasa saling percaya antar kelompok dan mempercepat perdamaian," kata Regev.
Dalam perkembangan lain, Israel sepakat untuk menyerahkan kepada Pemerintah Palestina jasad 100 warganya yang terbunuh dalam sejumlah aksi anti Israel.
"Sebagai penghargaan kepada Presiden Abbas, Israel akan mengembalikan 100 jenazah warga Palestina yang terbunuh akibat serangan mereka," kata juru bicara PM Israel lainya, Ofir Gendelman.
Saat ini sebanyak 4.699 warga Palestina ditahan di berbagai penjara di Israel.
Keberhasilan negosiasi penghentian mogok makan ini menurut anggota senior Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) Hanan Asrawi merupakan bukti bahwa perjuangan tanpa kekerasan memiliki kekuatan.
Menteri urusan tahanan Palestina Issa Qaraqaa kepada wartawan di Ramallah mengatakan pemindahan tahanan yang berada di sel isolasi akan berjalan selama 72 jam sejak kesepakatan ditandatangani.
Selain itu, kunjungan keluarga yang dihentikan sejak satu tahun lalu akan dipulihkan dalam waktu satu tahun.
Kesepakatan ini disambut baik mantan PM Inggris Tony Blair yang kini menjadi utusan khusus Kuartet - Uni Eropa, AS, PBB dan Rusia - untuk Timur Tengah.